Teori Komunikasi Massa Klasik Dan Digital Literacy



Media massa menjadi salah satu kebutuhan yang penting bagi masyarakat saat ini. Perkembangan media massa ke dalam bentuk digital juga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan berita. Penggunaan media massa digital ini merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Komunikasi massa yang dilakukan melalui memdia digital ini harus diikuti dengan kemampuan literasi digital yang baik. Untuk memahami lebih lanjut mengenai komunikasi massa dan kaitannya dengan literasi digital akan dijelaskan sebagai berikut :



1.      Teori Peluru (Bullet Theory) – Model Jarum Suntik



Teori ini menyatakan bahwa media memiliki dampak yang kuat bagi para audiencenya, bahkan tidak jarang menimbulkan budaya baru dalam masyarakat. Biasanya salah satu efek yang diberikan oleh media kepada audience menurut teori ini adalah mudah mempengaruhi masyarakat awam. Oleh sebab itu, sebagai orang terpelajar kita harus paham betul mengenai literasi digital agar kita tidak mudah dipengaruhi oleh media massa. Orang yang memiliki pemahaman yang baik akan literasi digital tentu akan lebih aktif dalam mencari informasi melalui media massa terutama media massa digital, sehingga tidak hanya terpaku dan percaya pada satu sumber melainkan mencari kebenarannya melalui sumber lain. 

2.      Teori Uses and Gratification

Teori ini menyatakan bahwa penggunaan media massa bergantung pada khalayak. Artinya, khalayak lah yang memilih media dan memberikan penilaian terhadap media tersebut. Menurut teori ini, khalayak yang aktif akan memilih media massa sesuai dengan kebutuhan tujuannya. Khalayak akan mengumpulkan berbagai informasi yang mereka butuhkan sekaligus memberikan argumen secara sadar. Kemampuan kognitif khalayak sangat diperlukan dalam hal ini. Seringkali khalayak akan beralih ke media massa untuk mencari kebenaran dari suatu situasi sosial yang sedang mengalami ketegangan, sehingga penting untuk mengevaluasi dan memberikan penilaian yang tepat terhadap suatu informasi yang disajikan oleh media.

.      Teori Agenda Setting
Ada  dua asumsi dasar yang diberikan oleh teori ini. Yang pertama, media massa mampu mentransfer agenda pemberitaan menjadi agenda publik. Ada pernyataan bahwa media massa dapat menjadi mediator antara “the world outside and the picture in our head”. Hal ini menimbulkan asumsi yang kedua bahwa apa yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media akan luput juga dari perehatian masyarakat. Dalam hal ini masyarakat tidak hanya mempelajari informasi yang disajikan oleh media, tetapi juga mempelajari seberapa penting informasi tersebut. Oleh sebab itu, setiap media pasti memiliki cara yang berbeda dalam mengemas suatu informasi agar menjadi menarik atau yang dikenal dengan istilah framing. Dilihat dari sisi teori agenda setting, masyarakat harus mempunyai kemampuan kognitif yang cukup dalam mencari informasi melalui media massa. Apalagi jelas dikatakan oleh teori ini bahwa media memiliki cara untuk mengmas suatu isu menjadi informasi yang menarik. Jangan menjadi masyarakat pasif yang mudah dipengaruhi dan diarahkan oleh media.

.      Teori Kultivasi
Teori ini lebih berfokus pada penggunaan televisi sebagai media untuk memperoleh informasi. Ada 2 kategori penonton menurut teori ini yaitu heavy viewers dan light viewers Berdasarkan asumsi kedua teori ini, orang yang lebih banya menghabiskan waktunya untuk menonton televisi cenderung melihat realitas televisi sama dengan realitas sosial. Saat ini informasi mengenai lingkungan sekitar tidak hanya bisa dilihat melalui televisi, namun dipermudah dengan adanya media digital. Saat ini mayoritas masyarakat lebih tergantung pada internet atau media digital lain. Bisa dikatakan bahwa orang yang meluangkan banyak waktunya untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan sekitarnya melalui media massa digital juga akan memiliki kecenderungan melihat realita media massa sama dengan realita sosial. Oleh sebab itu, lagi-lagi pemahaman akan literasi digital sangat penting agar mampu menilai apakah realita yang disajikan media massa sesuai dengan realita sosial yang sesungguhnya atau tidak.



5.      Teori Komunikasi Massa Kritis
Teori kritis ini melihat bahwa dalam memuat suatu informasi, media tidak lepas dari kepentingan. Yang terutama jika menyangkut kepentingan pemilik modal, negara, atau kelompok lain yang menindas. Menurut teori ini, penting untuk memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui bagaimana seseorang ditindas. Namun disamping memiliki pengetahuan yang cukup, memiliki kemampuan kognitif juga penting untuk menganalisis konten informasi yang disajikan oleh media. Seringkali kepentingan-kepentingan tersebut membuat media mendominasi masyarakat dalam membentuk realita sosial. 

Komentar

Postingan Populer