Film dan Digital Literacy
Dilihat dari sudut
pandang komunikasi film merupakan sebuah pesan yang disampaikan komunikator
kepada komunikan menurut Deddy Mulyana (2004). Kemudian makna tidak terdapat di
dalam pesan namun, komunikan itu sendiri yang memaknai pesan. Maka dari itu
efektivitas film dapat diukur dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada tujuan dari komunikasi tersebut.
Sementara itu menurut
Denis McQuail (1987) film memiliki berbagai fungsi yang pertama, film sebagai
sumber pengetahuan. Dalam hal ini film menyediakan banyak informasi dari
berbagai tempat di dunia. Kedua, film sebagai sarana sosialisasi dan pewarisan,
nilai, norma, dan kebudayaan. Hal ini dimaksudkan bahwa film dapat menularkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya kepada para penonton. Fungsi yang
ketiga, film sebagai sarana pengembangan seni, melainkan juga dalam pengertian
pengemasan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Kemudian yang keempat,
film sebagai sarana hiburan dan pemenuhan kebutuhan estetika masyarakat. Kemudian genre dalam film terdapat beberapa yaitu antara
lain ; action, drama, komedi, parody, tragedy, horror, komedi horror, komedi
tragis, film drama action, dokudrama, serta science fiction.
Literasi Digital dan Film
Dengan adanya internet
yang semakin berkembang pesat kita dapat menikmati fasilitas streaming
film, namun sebenarnya apakah streaming
film tepat?
Nah, streaming film sebenarnya nih termasuk dalam
pembajakan juga, film yang original hanyalah ditayangkan di bioskop. jadi bila dikaitkan dengan digital literasi
maka sebenarnya masyarakat yang menonton streaming film masih memiliki
kemampuan yang rendah mengenai literasi digital sebab teknologi yang berkembang
disalahgunakan. hal tersebut jadinya
malah melanggar hak cipta.
Dalam film pastinya
terdapat pesan moral yang dapat diperoleh tak hanya itu adegan-adegan dalam
film pun beragam juga mulai dari yang lucu,
kekerasan, hingga adegan untuk
penonton yang sudah dewasa hal itu pun tergantung juga dari genre film itu
sendiri. sebagai masyarakat yang
memiliki kemampuan digital literacy seharusnya kita dapat memilah mana tindakan
yang dapat ditiru dan tidak, tentunya
juga sesuaikan oleh konteks sosial dan budaya.
misalnya dalam sebuah film bila dilihat dari cara berpakaian aktris
ataupun aktor nya meskipun menurut kita itu menarik namun musti disesuaikan
juga dengan budaya dimana kita hendak berpakaian. Selain itu kadang kita
menyalahgunakan canggihnya teknologi yang kita miliki, contohnya saat kita nonton film di bioskop
tak sedikit dari penonton yang menggunakan snapgram untuk merekam beberapa
bagian dari film tersebut. Mungkin
mereka bermaksud untuk menunjukan pada khalayak kalau mereka sedang nonton film
terbaru atau film yang sedang naik daun.
Namun sebenarnya hal itu melanggar hak cipta, hal tersebut termasuk dalam tindakan
pembajakan. Maka bila kita memiliki kemampuan literasi digital seharusnya kita
mengerti kalau tindakan tersebut tidak tepat,
jadi jangan diulangi lagi ya guys yang suka snapgram film yang kalian
tonton di bioskop :)
Referensi Presentasi Kelompok http://themovie-holic.blogspot.co.id/
Referensi Presentasi Kelompok http://themovie-holic.blogspot.co.id/
Komentar
Posting Komentar